7 Prinsip Mendidik Anak Cerdas dan Bahagia

Posting Komentar

Mempersiapkan Anak Sebagai SDM Unggul di Masyarakat 

By. TPj

7 Prinsip Mendidik Anak Cerdas dan Bahagia

Sahabat mikir, anak yang sehat dan bahagia merupakan tujuan dari pengasuhan cakmin. Karena dengan anak yang cerdas dan bahagia anak akan lebih mudah dalam belajar dan bekerja.

Dengan begitu perkembangan anak bisa maksimal dan akan menjadikan mereka SDM yang unggul, yang mampu untuk berkontribusi secara maksimal di dalam pembangunan masyarakat. Hal ini sejalan dengan prinsip Islam yang cakmin pahami yaitu rahmatan lil alamin sebesar-besarnya bisa bermanfaat bagi sekitar.

Tantangan Bagi Orang Tua

Permasalahannya seringkali kita terjebak dalam pola asuh orang tua sebelumnya, menjadikan pengalaman kita sebagai konsep pengasuhan yang sudah benar.

Padahal ilmu sudah banyak berkembang termasuk ilmu dalam dunia parenting. Walaupun tidak ada dalam kurikulum sekolah, ilmu tersebut idealnya wajib kita pelajari dan kita terapkan karena sangat mudah diakses di era digital saat ini.

7 Prinsip Mendidik Anak Agar Cerdas dan Bahagia

Ibu Harus Bahagia

Sebelum kita bisa membahagiakan orang lain terutama anak, kita sendiri haruslah sudah bahagia terlebih dahulu.

Ibu adalah orang yang utama di dalam sebuah keluarga yang urusan kesehatan psikologis. Ketika ibu dalam kondisi depresi atau stress hal ini akan berdampak kepada seluruh anggota keluarga utamanya pada anak.

Bagi para suami seperti cakmin, ingatlah untuk sering-sering membahagiakan istrimu sob.  Sebelum dia mendapatkan kebahagiaan dari orang lain, eh.

Maksudnya berdampak negatif pada seluruh anggota keluarga, karena sekali istri ngambek. Semua urusan di rumah jadi kerasa horor. Jadi sebelum mengurusi emosi dari anak kita kita harus menjaga baik-baik emosi istri kita.

Mulai dari Emosi, baru Kognisi Anak

Nah ini seringkali yang dijumpai cakmin anak kita cari dulu dengan target yang lebih nyata seperti di sekolah untuk bisa calistung (baca, tulis, dan berhitung). Ya bukannya salah sih nggak, nggak salah, tapi prosesnya itu lebih cenderung untuk menekan anak.

Masalahnya nih sob, ketika anak tertekan, otomatis hal ini akan mengakibatkan anak itu stress. Anak menganggap belajar itu sebuah paksaan, belajar itu seperti hukuman yang dampak akhirnya anak tidak suka untuk belajar. Karena sudah melekat di otak anak bahwa belajar itu hal yang tidak menyenangkan.

Jadi teringat dulu sekolah, ketika gurunya sangat killer tidak bisa senyum, parahnya lagi pelajarannya Fisika. Materinya berat ditambah dengan suasana yang tidak menyenangkan, fix tidak ada yang masuk.

Oleh karenanya kita sebagai orang tua harus pintar-pintar mencari sela, bahkan cakmin untuk mengajari anak menggunakan mainannya untuk media belajar. Ya karena anak cakmin masih umur 3 tahun ya pengenalan warna dari mainan-mainannya pengenalan ini bentuk apa nama binatang dan lain sebagainya.

Alhamdulillah hasilnya anak cakmin bisa dibilang lebih luas pengetahuannya daripada anak seusianya ketika di kampung.

Hargai dan dukung rasa penasaran anak

Setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, kapanpun dan di manapun melihat anak-anak mereka memiliki ciri khas yang sama. Tapi yang membedakan adalah ada anak yang banyak yang bebas untuk bertanya.

Cakmin sudah sepakat sama istri, kalau anak bertanya kita wajib menjawab bahkan ketika tidak tahu cukup dengan cara menjawab yuk kita cari tahu dulu, Ayah juga belum tahu jawabannya. Dan benar, dampaknya adalah kita sebagai orang tua harus benar-benar ekstra sabar ketika ditanya anak dengan pertanyaan yang berulang-ulang.

Tidak berhenti di situ seringkali kami juga memberi stimulus dengan mempertanyakan realitas yang ada di sekitar itu namanya apa? Lho kok bisa gitu? Warnanya apa? dan lain sebagainya. Sehingga anak terbiasa untuk ingin tahu apa yang ada di sekitarnya.

Perbanyak Physical Touch

Dari ilmu psikologi, kulit merupakan otak yang ada di luar. Sehingga ketika kita mengelus, mencium, dan memeluk anak akan bertambah besar kepada tumbuh kembang otaknya.

Juga anak akan merasa disayangi dicintai dan merasa aman karena seringnya kontak fisik yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Jadi sering-sering ya sob kita melakukan kontak fisik dengan anak kita.

Manfaatkan Alat di Sekitar untuk Bermain

Dengan kita membuat mainan dengan barang yang ada di sekitar kita hal ini akan men-stimulus rasa kreativitas anak. Sehingga baik jika kita bisa membelikan mainan anak, tapi akan jauh lebih baik jika kita bisa memanfaatkan barang-barang di sekitar kita.

Seperti benang wol, kancing, daun, kertas, toples, dan lain sebagainya. Untuk ide-ide kreatif memanfaatkan barang dan bahan di sekitar kita biasanya cak min menggunakan aplikasi Chai’s Play yang bisa kita dapatkan di Playstore maupun AppStore.

Dengan asupan dari aplikasi ini, setiap hari cakmin bisa mengajak bermain anak dengan bermacam jenis permainan, baik yang menggunakan media sederhana maupun tanpa media. Sobat mikir juga bisa mengakses konten premium dengan menggunakan koin, yang salah satunya bisa didapat dengan cara memasukkan kode referal cakmin BF03F00E untuk mendapatkan 20 koin.

Bersikap Tegas Saat Melarang

Walaupun sepertinya kasihan, tapi ketika kita melarang anak kita harus tegas. Karena anak harus memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Seperti yang dilakukan anaknya cakmin, dia sedang dalam masa mencoba segala sesuatu untuk memasukkan databasenya, mana saja yang boleh dan tidak.

Pasti ada masa tantrum ketika anak sangat menginginkan satu hal tapi kita melarangnya. Idealnya mereka harus paham arti kata tidak boleh, bahkan berkecil hati-pun bisa memiliki manfaat pada proses tumbuh kembang kepribadiannya.

Namun sebagai catatan dalam prosesnya, kita harus tetap menggunakan cara-cara yang baik artinya tidak membentak dan tidak menggunakan kekerasan fisik. Percaya atau tidak, tanpa menggunakan itu semua anak mampu memahami dan mampu untuk mengikuti instruksi yang kita sampaikan.

Bertahap dalam Meminta Anak Mengerjakan Tugas Rumah

Pekerjaan mandiri seperti melepas baju sendiri, mengancingkan baju sendiri, pergi ke kamar mandi sendiri, membersihkan mainan sendiri, semua perlu dilatih untuk kemandirian dan kedisiplinan. Tapi yang menjadi perhatian adalah bagaimana kita melakukannya secara bertahap.

Biasanya cakmin menggunakan trik melakukannya bersama-sama untuk proses pembiasaan, misalnya mengajak anak untuk menata mainan. "Ayo kita beresin mainan yuk biar rapi", dan cakmin juga ikut membantu dalam proses menata mainan.

Dan percayalah, proses ini harus dilakukan berulang kali karena kalau hanya satu sampai dua kali saja belum bisa menjadi kebiasaan.

Jangan lupa, berikan apresiasi itu pencapaian kecil maupun besar kepada anak agar anak memiliki rasa bangga ketika bisa mengerjakan hal tersebut. Biasanya cakmin memberikan pujian "hebat" dan mengajak toss, hal sekecil itu sudah bisa memberikan rasa bahagia bagi anak cakmin.

Penutup

Itulah 7 prinsip mendidik anak agar menjadi cerdas dan bahagia. Dengan pengetahuan ini akhirnya justru lebih mengapresiasi pendidikan yang dilakukan oleh orang tua cak min dulu, dimana informasi masih sangat terbatas namun masih bisa menjadikan ketiga anaknya orang yang baik

Semoga kita generasi milenial bisa menjadi lebih baik dalam menjadi orang tua untuk mendidik anak agar tercipta generasi yang lebih baik lagi kedepannya. Kalau kamu bagaimana sob? Yuk diskusi di kolom komentar.

Related Posts

Posting Komentar