By. TPj
Sobat mikir, sampah merupakan hal yang pasti ada selama ada kegiatan
manusia. Hampir semua kegiatan meninggalkan residu, termasuk sampah. Namun jika
tidak dikelola dengan baik, sampah dapat menjadi hal yang berdampak negatif
bagi kehidupan manusia. Karena dari sampah yang tak terkelola, banyak timbul
penyakit baik dari bakteri maupun makroorganisme seperti lalat dan tikus yang membawa
penyakit.
Tentunya masalah ini menjadi problematika yang menakutkan
bagi kita semua. Ketika jumlah produksi sampah yang masif tidak segera ditangani
dengan baik.
Penanganan Sampah oleh Pemerintah
Sumber data : SISPN |
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Sistem Informasi
Penanganan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2021, negara kita menghasilkan 30.881.803,15
Ton/Tahun. Hal ini berarti kita 98.037 Ton per-harinya. Kembali lagi, hal ini
tidak masalah jika ada penanganan yang tepat untuk menanggulangi permasalahan
ini. Seperti data yang tertera di atas, pemerintah meng-klaim bahwa mayoritas sampah
sudah terkelola dengan baik, meninggalkan sekitar 11 juta ton per tahun 2021.
Sumber data : SIPSN |
Jika dilihat dari jenisnya, yang memegang jumlah tertinggi
adalah limbah makanan atau sampah organik sebesar 40%. Dan sumber sampah
terbesar dipegang oleh Rumah Tangga yang berjumlah 40,9%. Memang sih, ketika
jumlah penduduk yang besar, maka besar pula sampah yang di hasilkan.
Akan tetapi hal ini bertentangan dengan data hasil riset
Science Advances pada tahun 2021, dimana kita Indonesia adalah penyumbang
sampah laut masuk ke lima besar sedunia. Hal ini bisa menjadi catatan bagi kita
semua sob, berarti sampah masih menjadi permasalahan yang besar hingga masuk ke
dalam sungai hingga laut.
Masalah Menjadi Peluang
Namun jika kita menggunakan pola berpikir jumlah dijadikan
peluang, ketika kita mampu menggerakkan mayoritas atau bahkan seluruh jumlah
penduduk di Indonesia untuk ikut dalam pengelolaan sampah, maka bisa dipastikan
hasilnya akan jauh lebih besar daripada negara dengan jumlah penduduk yang
sedikit.
Seperti yang sedang digalakkan pemerintah dengan program Pilah
Sampah dan Bank Sampah. Hal ini menjadikan sampah non organik dapat dikelola
untuk menjadi uang. Tetapi kalau kita mau jeli, kita masih bisa loh mengubah
sampah organik menjadi uang, dengan modal yang minim.
Mengubah Sampah Menjadi Uang dengan Lalat Black Soldier Fly (BSF)
Sampah organik ini juga menjadi masalah jika kita biarkan
begitu saja. Selama ini, kita hanya fokus pada kompos. Padahal ketika kita mengkompos
sampah, waktu yang dibutuhkan cukup lama bisa hitungan bulan. Dengan begitu,
lahan yang dibutuhkan juga butuh lumayan besar karena tidak bisa langsung mengola
sampah organik pada waktu yang singkat.
Berikut cakmin cantumkan alasan agar kita menggunakan lalat
BSF untuk mengelola sampah organik hasil dari rumah tangga dan jauh lebih murah
dan mudah serta lebih besar nilai ekonomisnya.
Sumber : koleksi pribadi |
Sangat bisa dijalankan di skala rumahan
Kita bisa menjalankan dengan modal yang minim dan tempat
yang sangat terbatas, karena percobaan cakmin menggunakan tong bekas cat 25Kg,
ya sebesar itulah tempat yang dibutuhkan untuk memproses limbah kita. Seperti
tong sampah, tetapi dengan makro-organisme di dalamnya.
Dan hebatnya lagi, sampah yang masuk bisa cepat habis. Seperti
kantong ajaib di film Doraemon.
Bisa diupgrade menjadi lebih besar (scale-up able)
Jika kita melihat beberapa kanal youtube sudah banyak yang membudidayakan
BSF sehingga menjadi semi industri. hal ini dikarenakan besarnya permintaan
pasar terhadap berbagai hasil dari proses budidaya lalat BSF ini. Selain yang
utama adalah mengurangi jumlah sampah organik yang ada.
Sehingga jika ada dukungan dari pemerintah maupun swasta, jangankan
setingkat RT/RW bahkan bisa digunakan untuk skala kecamatan bahkan kota.
Lebih cepat dari sistem Kompos
Jika kita membandingkan waktu yang dibutuhkan untuk
mengelola sampah dengan kompos. Kompos membutuhkan waktu dua minggu hingga satu
bulan untuk bisa digunakan sebagai bahan untuk penyubur tanah. Nilai ekonomisnya
juga hanya Rp. 5.000 per kilonya.
Namun jika kita menggunakan Maggot BSF dimana sampah akan diproses
dulu oleh maggot dari lalat BSF karena karakter maggot ini sangat rakus, tidak
pilih-pilih. Sehingga apapun yang organik pasti habis dalam waktu singkat. Tidak
butuh dua minggu paling lama 24 jam limbah dari masak maupun makanan yang basi
sudah habis dimakan oleh maggot.
Modal minimalis
Cakmin sendiri sudah pernah menjalankan hanya bermodalkan
dana Rp. 50.000,- sudah bisa menjadi ‘mesin pengolah’ limbah rumah tangga. Dimana
harga drum bekas cat 25Kg cakmin beli Rp. 25.000,- Selang mesin cuci Rp. 10.000,-
Keran air Rp. 10.000,- Sedangkan untuk toples cakmin gunakan yang bekas
seadanya.
Minim Perawatan
Predator dari lalat BSF adalah semut, sehingga kalau tidak
menggunakan water bridge atau kapur semut. Koloni dari lalat BSF akan dimakan
oleh semut yang mengakibatkan jumlah koloni BSF berkurang dan kurang maksimal
dalam memproses sampah yang kita masukkan.
Jika kita melangkah lebih jauh dan ingin fokus sebagai
pembudidaya pun juga tidak butuh banyak perawatan yang ekstra seperti kita
memelihara unggas dan ikan yang sering mengalami penyakit. Cukup dengan
memberikan rutin makanan yaitu sampah organik, mereka pasti senang.
Hasil Ekonomis lebih Banyak
- Maggot
Seperti semua jenis serangga, Lalat BSF juga memiliki siklus
hidup. Mulai dari telur, larva, pre-pupa, pupa (inkubasi), lalat dewasa
(pembuahan), dan menjadi telur lagi.
Uniknya untuk mendapatkan maggot sangat mudah, karena jika
masa larva mereka fokus bersembunyi di dalam sampah dan tidak masalah walaupun
agak lembab atau basah. Ketika pre-pupa dia akan bergerak menuju ke tempat yang
lebih tinggi dan kering. Oleh karenanya cakmin menggunakan selang agar pre-pupa
berjalan sendiri naik ke tempat yang lebih kering.
Sehingga kita tinggal mewadahi ujung selang tadi dengan wadah
bekas agar bisa tertampung pre-pupa dan pupa atau disebut dengan Maggot agar
bisa langsung dijual, maupun diproses untuk dikeringkan agar bisa dijual lebih
mahal.
Sebagai catatan, maggot disini banyak digunakan untuk makanan
ikan hias maupun unggas dan ikan. Karena nilai proteinnya sangat tinggi melebihi
kadar pur atau pakan ikan atau unggas yang ada. Dampaknya selain lebih sehat,
juga mempercepat pertumbuhan hewan ternak.
- Pupuk Organik Cair (POC)
Karena sampah yang cakmin gunakan adalah sampah organik rumah tangga. Sedikit banyak mengandung air, dan ketika diproses oleh larva akan meninggalkan residu air. Air ini jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan bau yang menyengat akibat proses fermentasi.
Namun jangan khawatir sobat, karena cairan ini bisa kita jadikan Pupuk Organik Cair (POC) yang harus dilarutkan ke air lebih banyak agar ketika diaplikasikan di tanaman tidak membuat overdosis. Untuk 100 ml bisa dicampurkan dengan 1 liter air.
- Bekas Maggot (Kasgot)
Residu kedua dari proses ini adalah bekas maggot (kasgot), hal ini sejatinya adalah fases dari maggot. Jika kita biasa bertanam, pasti sudah lumrah tahu ada bekas cacing (kascing). Fungsi kasgot tidak jauh berbeda, bisa digunakan sebagai media tanam ataupun pupuk yang sarat akan nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan.
- Jasa Penjemputan Sampah
Bagi sebagian besar usaha, seperti resto atau pabrik pengolahan awal. Mereka sejatinya memiliki kebutuhan untuk membuang sampah hasil produksi mereka. Oleh karenanya tidak jarang mereka rela untuk membayar orang untuk mengambil sampah hasil produksi mereka agar tidak menumpuk dan merugikan usaha mereka.
Dengan begini, sudah pakan tidak beli malah dibayar untuk mendapatkan pakan tersebut. Untung dobel-dobel ya sob?
- Telur BSF
Walau mungkin ada sobat mikir yang baru tahu tentang lalat BSF hari ini, tetapi banyak yang sudah berminat untuk membudidayakan lalat BSF. Jika kita meningkatkan fokus untuk membudidayakan lalat BSF, otomatis kita juga akan mendapatkan telur dari lalat BSF ini.
Telur BSF memiliki daya jual yang lumayan tinggi, hal ini didukung dengan banyaknya permintaan. Bayangkan, untuk per 1gr saja bisa dijual sekitar 2.500 sampai 3.000. Mantap ga tuh?
- Ilmu Budidaya
Terakhir, ketika usaha kita sudah besar, kita bisa menggunakan ilmu kita untuk membantu orang lain. jangankan gratis ketika kita membuka kelas dan berbayar-pun insyaAllah ada yang mau untuk mengikuti kelas tersebut, karena sudah terbukti skala usahanya.
Catatan
Karena larva bentuknya seperti belatung, memang sampai saat
ini cakmin juga merasa geli ketika berhadapan langsung. Tetapi jika kita
melihat manfaat yang didapatkan, kita dapat mengurangi jumlah sampah yang ada
secara signifikan. Hal ini menjadikan semangat tersendiri untuk tetap mau untuk
membudidayakan Lalat BSF
Informasi Pemesanan
Mungkin di wilayah sobat mikir, masih belum ada pembudidaya
lalat bsf. Bisa cakmin bantu dalam pemesanan telur BSF atau alat-alat penunjang
lainnya.
WA Teguh : 088235541347
Penutup
Sampah merupakan musuh kita bersama, tetapi jika kita bisa
mengubah sampah menjadi uang mengapa tidak? Toh minim modal, bahkan akan ada terus
menerus tanpa susah-susah kita mencarinya.
Bagaimana menurut kamu sob? Yuk diskusi di kolom komentar.
yuhuuu
BalasHapusHai, terima kasih sudah mampir di blog cakmin.
Hapussaat saya tinggal di desa dulu sering praktikkan pembuatan kompos. Menarik ya bisa pakai lalat
BalasHapusBenar sob, sekarang dengan tempat yang sedikit sudah bisa mengolah sampah rumah tangga. Minim tempat, minim modal dan minim waktu.
HapusDulu saya juga pernah dapat pelatihan tentang pengendalian sampah dengan menggunakan media lalat BSF ini, sayang banyak yang tak setuju diterapkan karena masih banyak yang belum paham dengan cara kerja lalat ini
BalasHapus